Search

Strategi Global World Health Organization (WHO) terhadap sumber daya manusia dalam bidang kesehatan salah satunya adalah mengantisipasi kebutuhan tenaga kesehatan di masa mendatang pada tahun 2030 serta merencanakan perubahan yang diperlukan. Asia Tenggara sebagai salah satu wilayah dengan jumlah penduduk yang besar juga berupaya menghadapi tantangan kebutuhan tenaga kesehatan tersebut. Gambaran tenaga kesehatan di Asia Tenggara pada tahun 2021 terlihat pada Gambar

Grafik Jumlah Tenaga Kesehatan di Asia Tenggara Per 100.000 Penduduk (Kemenkes RI, 2021)

     Berdasarkan grafik di atas, Indonesia masih kekurangan tenaga kesehatan khususnya dokter jika dibandingkan negara di Asia Tenggara lainnya yaitu Brunei, Singapura, Vietnam, Malaysia, dan Filipina.

Pembangunan sumber daya manusia bidang kesehatan, berdasarkan pemetaan terhadap supply and demand, serta relevansi pendidikan tinggi terhadap kebutuhan kerja, menjadi dasar pembukaan program studi kedokteran.  Relevansi pendidikan tinggi terhadap kebutuhan kerja di sektor kesehatan terlihat digambar :


Relevansi di Sektor Kesehatan

Sumber: Konvensi Nasional Pendidikan INDONESIA (KONASPI IX) Tahun 2019

Menurut WHO, jumlah dokter dibandingkan dengan jumlah penduduk idealnya memiliki rasio 1:1.000. Menurut data Kemenkes RI tahun 2022, jumlah dokter di Indonesia dibandingkan jumlah penduduk adalah 0,37 dokter per 1.000 penduduk. Data ini menunjukkan bahwa kebutuhan Indonesia akan tenaga dokter masih sangat besar. Untuk mencukupi kebutuhan nasional, Indonesia masih membutuhkan 172.508 tenaga dokter. Sumatra Barat memiliki dokter sebanyak 2.234 orang, dengan rasio 0,4:1.000 penduduk. Kondisi ini menunjukkan masih kurangnya jumlah dokter dibandingkan dengan penduduk Sumatra Barat yang berjumlah 5.565.400 orang. Untuk memenuhi standar WHO, Sumatra Barat masih membutuhkan 3.321 orang dokter.  

Secara geografis, Provinsi Sumatra Barat terletak pada garis 0º54’LU—3º30’LS dan 98º36’BT—101º53’BT dengan total luas wilayah sekitar 42.297,30km2 atau 4.229.730Ha, termasuk ±391 pulau besar dan kecil di sekitarnya. Secara administratif, wilayah Provinsi Sumatra Barat berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatra Utara (utara), Provinsi Bengkulu (selatan), Provinsi Riau dan Jambi (timur), serta Samudera Hindia (barat).

Bencana dapat didefinisikan dalam berbagai arti baik secara normatif maupun pendapat para ahli. Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Menurut Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan, berdasarkan penyebabnya bencana dibagi atas 3 yaitu bencana alam, bencana non-alam, bencana sosial.

Indonesia adalah lumbung bencana alam dikarenakan kondisi geografisnya. Menurut data BNPB sepanjang tahun 2021 telah terjadi 5.204 kejadian bencana alam di seluruh Indonesia. Dampak bencana alam ini mengakibatkan 728 orang meninggal dunia, 87 orang hilang, 7.630.692 terdampak menderita dan mengungsi, serta 14.915 orang mengalami luka-luka. Selain itu juga terdapat kerugian material dan dampak psikologis karena bencana alam (terlihat di Gambar 1.3).

Peta Bencana Indonesia 2021 (BNPB, 2021)

Sebagai daerah yang rawan bencana alam berdasarkan data BNPB tahun 2021, Sumatra Barat memiliki indeks risiko bencana nasional dengan rate 147,36; sehingga Sumatra Barat termasuk ke dalam 11 provinsi dengan risiko bencana tertinggi. Ancaman bencana antara lain gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, banjir, tanah longsor, kekeringan, cuaca ekstrim, gelombang ekstrim, dan abrasi serta kebakaran hutan dan lahan.

Peta Index Rawan Bencana Indonesia Tahun 2021 (BNPB, 2021)

Provinsi Sumatra Barat merupakan daerah rawan gempa bumi baik gempa tektonik maupun gempa vulkanik. Hal ini terkait dengan kondisi fisik Pulau Sumatra sebagai Great Sumatra Fault di sepanjang pesisir barat Sumatra dan Mentawai Fault di Kepulauan Mentawai yang saling mendesak sehingga terjadi gerakan di lempeng besar dan micro plate. Dengan kondisi geografis di atas maka Sumatra Barat menjadi salah satu daerah yang rawan bencana dan berada di wilayah yang memiliki Seven Segmen gempa yang saling berangkai antara satu segmen dengan segmen yang lainnya. Berdasarkan catatan dan periodenisasi bencana gempa, Sumatra Barat memiliki siklus periodenisasi 200 tahun-an. Begitu juga dengan gempa di daratan dengan periodenisasi yang relatif lebih pendek antara 40 tahun-an hingga 70 tahun-an. Dalam satu abad terakhir setidaknya tercatat pernah terjadi 20 kali gempa besar.

Pada tanggal 30 September 2009 terjadi gempa bumi dengan kekuatan 7,6 Skala Richter di lepas pantai Sumatra Barat. Gempa menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di Sumatra Barat seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Padang Panjang, Kabupaten Agam, Kota Solok, dan Kabupaten Pasaman Barat. Menurut data Satkorlak Penanggulanangan Bencana, sebanyak 1.117 korban meninggal, korban luka berat mencapai 1.214 orang, luka ringan 1.688 orang. (Sumber: BPBD Kota Padang)

Akibat pasca gempa tersebut muncul berbagai masalah kesehatan antara lain penyakit infeksi, trauma fisik serta psikis yang menyebabkan korban membutuhkan penanggulangan terintegrasi dan multidisiplin. Penanggulangan masalah kesehatan pasca gempa ini membutuhkan komitmen dan upaya yang konsisten dan berkesinambungan.

Universitas Negeri Padang memiliki beberapa tenaga dosen yang ahli dibidang manajemen risiko kesehatan bencana alam diantaranya terdapat tenaga dosen yang memperoleh gelar Doktor di Universitas Kyoto, Jepang dengan topik penelitian terkait Kegempaan. Selain itu terdapat juga tenaga dosen yang merupakan dokter yang ahli dalam manajemen risiko bencana dan aktif dalam kegiatan kebencanaan baik ditingkat Nasional maupun Internasional.

Potensi peminat fakultas kedokteran di Sumatra Barat sangat tinggi dan keberadaan kedua Fakultas Kedokteran yang ada belum dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini terlihat dari data peminat di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas tahun 2022 melalui jalur SBMPTN masih sangat tinggi dengan rasio 1:22 (jumlah peminat 2.756 sedangkan yang diterima 100 orang), melalui jalur SNMPTN masih sangat tinggi dengan rasio 1:27 (jumlah peminat 1.343 sedangkan yang diterima 50 orang) dan jalur Mandiri dengan rasio 1:27  (jumlah peminat 3.255 sedangkan yang diterima 119 orang). (Sumber: Daftar peminat UNAND). Kondisi ini menunjukkan animo masyarakat untuk masuk kedokteran masih tinggi dengan trend peningkatan yang diprediksi akan selalu bertambah. Data sebaran peminat fakultas kedokteran di wilayah kerja LLDIKTI Wilayah X dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Perguruan Tinggi di LLDIKTI Wilayah X yang mempunyai
Prodi Kedokteran

No Nama Perguruan Tinggi Penerimaan Mahasiswa Tahun
2019 2020 2021
Peminat Daya Tampung

(%)

Peminat Daya Tampung

(%)

Peminat Daya Tampung

(%)

1. Universitas Andalas 1087 6,90% 1240 6,05% 1277 5,87%
2. Universitas Riau 854 4,22% 895 4,02 % 1288 2,80%
3. Universitas Jambi 747 5,09% 720 3,47% 811 3,08%

Sumber: https://sidata-ptn.ltmpt.ac.id/ptn_sb.php

Universitas Negeri Padang memilih Kota Bukittinggi sebagai lokasi pendirian fakultas kedokteran didasarkan atas beberapa pertimbangan antara lain:

Saat ini di Sumatra Barat terdapat 2 (dua) fakultas kedokteran, yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang memiliki keunggulan menghasilkan lulusan yang bermartabat dan terkemuka terutama dalam bidang penyakit tidak menular; dan Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah memiliki keunggulan menghasilkan lulusan yang kompeten, professional, dan berakhlaktul kharimah dalam bidang geriatri.

Berdasarkan analisis kondisi demografi, tenaga dokter yang masih kurang dan belum merata, kondisi geografi rawan bencana yang menimbulkan permasalahan kesehatan, ketersediaan tenaga dosen, keunggulan dari dua fakultas kedokteran yang sudah ada, serta tingginya peminat masuk fakultas kedokteran, maka UNP mendirikan program studi kedokteran yang bertujuan menghasilkan dokter yang bermartabat dan unggul dalam manajemen risiko  kesehatan bencana alam di tingkat nasional dan internasional.

ANALISIS SWOT

Strengths:

  1. Dukungan pimpinan daerah dan Universitas dalam pembentukan Program Studi Pendidikan Profesi Dokter.
  2. UNP memiliki Pusat Kajian Kebencanaan (PKK) sejak Tahun 2017, PKK sebelumnya tergabung ke dalam Pusat Penelitian Kajian Lingkungan Hidup.
  3. Memiliki Sumber Daya Manusia (Dosen) yang mempunyai keahlian di bidang kebencanaan
  4. UNP memiliki Program Studi S2 dan S3 Ilmu Lingkungan yang mempunyai keunggulan dalam mitigasi dan manajemen risiko bencana.
  5. Adanya kerja sama FK UNP dengan BPBD Kota Padang dan BPBD Kota Bukittinggi. Pemilihan BPBD Kota Padang dalam kerja sama ini adalah perannya dalam pelaksana teknis bencana alam di Sumatera Barat, sedangkan pemilihan BPBD Kota Bukittinggi didasarkan perannya sebagai pelaksana penyangga teknis bencana alam di Sumatera Barat.

Weakness:

Pengalaman dalam pendidikan bidang kesehatan yang masih kurang.

         Opportunities:

  1. Bukittinggi berada di daerah yang strategis, memiliki akses ke banyak daerah di sekitar dan provinsi tetangga.
  2. Provinsi Sumatera Barat berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara (bagian utara), Provinsi Bengkulu (bagian selatan), Provinsi Riau dan Jambi (bagian timur), dan Samudera Hindia (bagian barat).
  3. Bukittinggi memiliki iklim yang sejuk sangat nyaman untuk dijadikan tempat pendidikan.
  4. RSAM yang merupakan rumah sakit umum daerah terbesar di Sumatera Barat berada di Kota Bukittinggi dan direkomendasikan oleh Gubernur sebagai Rumah Sakit Pendidikan Utama Fakultas Kedokteran UNP.
  5. Indonesia secara umum dan Provinsi Sumatera Barat secara khusus masih kekurangan dokter berdasarkan rasio penduduk dan jumlah ketersediaan dokter (WHO).

Threats:

  1. Indonesia merupakan daerah rawan bencana alam karena kondisi geografis, dampak bencana alam menimbulkan berbagai masalah kesehatan anatara lain: penyakit infeksi, trauma fisik serta psikis.
  2. Sumatera Barat berada di daerah rawan bencana alam yang berpotensi terjadi gempa bumi, gunung meletus, banjir, tsunami, dan tanah longsor.
  3. Ngarai Sianok yang berada di Kota Bukittinggi merupakan bagian dari patahan Semangko, selain itu Kota Bukittinggi juga berada dekat dari gunung aktif, yaitu Gunung Marapi.