Pada tahun 2024, Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk mengurangi angka stunting. Stunting, atau kekerdilan pertumbuhan pada anak akibat malnutrisi kronis, telah menjadi masalah serius dalam konteks kesehatan dan pembangunan di Indonesia. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia tahun 2022, masih tercatat bahwa satu dari empat balita Indonesia (21,6%) mengalami stunting. Walaupun telah ada penurunan sebesar 0,8% dibanding tahun 2021 (24,4%), angka tersebut menujukkan bahwa upaya lebih lanjut diperlukan, termasuk di daerah Sumatera Barat yang mengalami peningkatan dari 23,3% (2021) menjadi 25,2% (2022), melebihi rata-rata prevalensi stunting nasional.
Namun, dengan komitmen yang kuat dan kerjasama yang kokoh, Indonesia memiliki peluang untuk mencapai target penurunan stunting ini, yang pada gilirannya akan membawa dampak positif pada generasi yang lebih sehat, cerdas, dan kompetitif.
Dalam upaya menargetkan angka stunting turun menjadi 14% pada tahun 2024, Kementerian Kesehatan melakukan berbagai intervensi dengan pendekatan gizi spesifik. Pendekatan gizi spesifik tersebut berkaitan dengan evaluasi dan pendekatan masalah gizi pada sasaran intervensi selama masa emas tumbuh kembang anak yakni seribu hari pertama kehidupan, bayi, anak, remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, hingga ibu melahirkan. Dalam semangat “Terus Melaju, untuk Indonesia Maju,” sebagai tema yang diusung dalam perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia beberapa waktu lalu, manajemen stunting mencerminkan tekad Indonesia untuk membangun generasi yang memiliki kesehatan yang optimal, ketahanan yang tangguh, kecerdasan yang tajam, dan potensi gemilang. Semua ini akan memberikan kontribusi berharga dalam mengarahkan perkembangan nasional.
Stunting, yang menyebabkan pertumbuhan terhambat pada anak-anak akibat masalah gizi kronis, infeksi berulang, dan rangsangan psikososial yang tidak memadai, adalah isu gizi yang krusial bagi masa depan bangsa. Dampaknya termasuk peningkatan risiko penyakit dan kematian, perkembangan otak yang tidak optimal, keterlambatan dalam perkembangan motorik, serta pembatasan pertumbuhan mental.
Stunting mencerminkan kekurangan gizi selama periode pertumbuhan dan perkembangan yang paling penting dalam kehidupan anak-anak. Menurut grafik pertumbuhan dari WHO, seorang anak dianggap mengalami stunting ketika tinggi badannya berada di bawah -2 standar deviasi dari median pertumbuhan anak-anak. Stunting adalah masalah gizi global, dan Indonesia, sebagai negara berkembang, tidak terlepas dari tantangan ini.
Mengingat dampak jangka panjang yang dihasilkan dari prevalensi stunting di Indonesia intervensi spesifik yang meliputi intervensi sebelum lahir dan setelah lahir termasuk edukasi gizi selama 1000 hari pertama kehidupan anak adalah langkah awal dalam pencegahan stunting. Pengetahuan tentang makanan bergizi bagi ibu hamil dan balita, serta akses terhadap suplemen gizi atau makanan tambahan, menjadi penting dalam rangka meningkatkan status gizi ibu dan anak.
Promosi ASI Eksklusif, yang melibatkan pemberian ASI selama 6 bulan pertama kehidupan, adalah kunci memberikan nutrisi optimal kepada bayi. Konsumsi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, seimbang, dan sesuai kebutuhan, menjadi langkah berikutnya untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasan yang optimal.
Semua langkah ini perlu didukung oleh diversifikasi pangan, yang bertujuan untuk mendorong konsumsi makanan yang kaya nutrisi dan beragam. Investasi dalam produksi pangan lokal juga menjadi penting dalam memastikan ketersediaan pangan berkualitas dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Layanan kesehatan dan pendidikan memiliki peran besar dalam menciptakan akses informasi yang dibutuhkan oleh ibu dan keluarga. Pemantauan status gizi ibu hamil, pengawasan pertumbuhan, dan program pemantauan pertumbuhan adalah langkah penting dalam mengidentifikasi risiko stunting secara dini.
Pemberdayaan perempuan memegang peran sentral dalam mencegah stunting, terutama sebagai pengelola rumah tangga. Dukungan pendidikan gizi dan kesehatan reproduksi bagi perempuan akan memberikan dampak positif pada kesejahteraan keluarga secara keseluruhan.
Dalam setiap upaya di atas, komitmen dari pemerintah melalui kebijakan dan program pencegahan stunting menjadi kunci kesuksesan. Dengan semangat perjuangan menuju Indonesia maju, mari bersama-sama menghadapi tantangan stunting. Melalui kerja sama dan kesadaran bersama, kita dapat mencapai generasi tanpa stunting yang akan menjadi pilar prestasi bangsa dalam masa yang akan datang.
*opini ini juga di muat dimedia cetak singgalang